Falsafah Lapar Knut Hamsun.
Kota itu bernama Kristiania, tahun 1890. Seorang pemuda berhijrah ke kota untuk menjadi penulis. Setelah tiba di kota, semuanya bertukar tragedi: penyeksaan yang sentiasa meletakkan nyawanya cuma seinci dari kematian. Kristiania, seperti mana-mana kota metropolis lain, bukanlah zon selamat untuk bermimpi. Bukan tempat dimana seseorang hanya perlu menyediakan telur rebus dan pulut kuning untuk memastikan hajatnya tercapai. Apalagi hajat itu datang dari seorang yang tak ada nama, harta, atau pekerjaan tetap. Akibatnya, setiap hari dia mendapati dirinya terperangkap dalam konflik yang sama: dia harus makan untuk menulis, tapi tidak dapat makan jika tidak menulis. Dalam kata lain, menulis adalah satu-satunya eksistensi yang mengesahkan dia masih hidup.
Seni Kencing - Salleh Ben Joned
*Foto oleh James Lee*
Kejadian yang menjadi subjek surat terbuka yang ditujukan untuk seorang seniman dan pengkritik seni yang terkemuka di Malaysia ini terjadi pada tahun 1974. Terjadi di sebuah pameran dengan judul yang menyeramkan, “Menuju Realiti Mistik”, yang diadakan di Sudut Penulis di Dewan Bahasa Dan Pustaka. Ia melibatkan “barangan terjumpa” (tin separuh penuh coca-cola, baju hujan terbuang yang kotor yang dijumpai di tempat longgokan sampah, lingkar nyamuk yang sudah terbakar separuh, dan benda–benda yang seangkatan dengannya). Turut disertakan sebuah manifesto bombastik yang penuh keabstrakan, dieja dengan huruf-huruf besar, dan kata-kata seruan.
Inception, umpama mimpi dalam mimpi.

Apakah itu mimpi? Kenapa mimpi adakalanya boleh berada di dalam sebuah lagi mimpi? Mimpi berlapis mimpi. Inception menceritakan sebuah kisah yang umum tidak pernah ambil tahu. Atau sebenarnya tahu tetapi kerana cabaran panahan hiburan Hollywood itu lebih kuat, maka falsafah mimpi dan minda bawah sedar dikenali lewat idea Freudian itu menjadi satu kisah yang hanya sekadar dibual oleh mereka dalam kalangan intelektual. Ataupun pseudo-intelektual, contohnya si penulis ulasan ini.
Langgan:
Catatan (Atom)
Blog Archive
-
►
2016
(8)
- ► September 2016 (1)
- ► April 2016 (1)
- ► Januari 2016 (1)
-
►
2015
(8)
- ► Disember 2015 (1)
- ► Julai 2015 (1)
- ► April 2015 (2)
-
►
2014
(1)
- ► Oktober 2014 (1)
-
►
2013
(12)
- ► Disember 2013 (3)
- ► September 2013 (1)
- ► Januari 2013 (2)
-
►
2012
(14)
- ► Disember 2012 (3)
- ► November 2012 (2)
- ► Oktober 2012 (6)
- ► September 2012 (3)
-
►
2011
(9)
- ► Disember 2011 (1)
- ► November 2011 (3)
- ► September 2011 (1)
-
▼
2010
(33)
- ► Disember 2010 (1)
- ► Oktober 2010 (1)
- ► September 2010 (1)
- ► Julai 2010 (1)
- ► April 2010 (15)
Tentang NP
NP ialah sebuah majalah blog yang cuba menerapkan bahan-bahan penulisan sastera, budaya dan masyarakat terutama oleh penulis-penulis bebas dan baru. Anda juga boleh menyumbang hasil penulisan anda dengan menghantar ke: naskahpercuma@gmail.com