Membaca Emily Dickinson
~
Dia adalah seorang perempuan biasa yang dilahirkan pada tahun 1830 di Amherst, Massachusetts. Keluarganya berfahaman Congregationalism ortodoks Amhe.
Yang membezakan dia dengan yang lain adalah sikap terbukanya. Menulis dengan emosi dan hampir keseluruhan kehidupan peribadinya dituliskan.
Tulisannya dipengaruhi gaya Shakespeare yang mendayu-dayu. Jumlah puisinya tidak banyak, hanya sekitar dua ribu sahaja. Tidak semua diterbitkan juga. Kerana alasan Emily, dia menulis puisi kerana cintanya pada puisi bukan kerana untuk mendapatkan nama. Kebanyakan karyanya menggunakan nama "anonymous", tiada nama penulis disertakan.
Dickinson tidak menyelesaikan banyak puisi atau mempersiapkan mereka untuk penerbitan. Dia menulis draft di atas potongan kertas, senarai belanja, dan bahagian belakang sampul surat resep dan digunakan.
Antara puisi Emily yang sangat berkesan:
~All but Death, can be Adjusted~
All but Death, can be Adjusted
Dynasties repaired
Systems;settled in their Sockets
Citadels;dissolved
Wastes of Lives;resown with Colors
By Succeeding Springs
Death; unto itself
* * *
Semua kecuali kematian,
adalah sesuai kehendak-kehendak
sementara peradaban kelas bangsawan
tetap di benteng-benteng lekuk mata
seperti limbah yang larut
ketidaksengajaan dalam Kehidupan
catatan lalu membawa unsur baru dalam warna
seperti musim luruh yang indah
dalam kematiannya yang tersendiri
Dickinson mencari ironi, kekaburan, dan paradoks yang bersembunyi di sebalik pengalaman yang sederhana dan paling umum. Bahan subjek puisinya cukup konvensional. Puisinya penuh dengan robin, lebah, cahaya musim sejuk, item rumah tangga, dan tugas-tugas domestik.
Bahan-bahan inilah yang mewakili secara pengalaman yang tidak fenomenal dan cuma berada di persekitaran rumah ayahnya. Dia menggunakan subjek-subjek ini kerana itulah yang paling dekat yang lebih penting, kerana ia menemukan makna laten di dalamnya.
Walaupun dunianya mudah, ia tetap juga kompleks dalam keindahan dan keganasannya yang tersendiri.
Puisi lirisnya menangkap tayangan saat tertentu, adegan, atau suasana hati, dan dia khas memfokuskan pada topik-topik seperti alam, cinta, amoralitas, kematian, iman, ragu, rasa sakit, dan diri.
Bahan-bahan inilah yang mewakili secara pengalaman yang tidak fenomenal dan cuma berada di persekitaran rumah ayahnya. Dia menggunakan subjek-subjek ini kerana itulah yang paling dekat yang lebih penting, kerana ia menemukan makna laten di dalamnya.
Walaupun dunianya mudah, ia tetap juga kompleks dalam keindahan dan keganasannya yang tersendiri.
Puisi lirisnya menangkap tayangan saat tertentu, adegan, atau suasana hati, dan dia khas memfokuskan pada topik-topik seperti alam, cinta, amoralitas, kematian, iman, ragu, rasa sakit, dan diri.
~I Like to See It Lap the Miles~
I like to see it lap the miles,
And lick the valleys up,
And stop to feed itself at tanks;
And then, prodigious, step
Around a pile of mountains,
And, supercilious, peer
In shanties by the sides of roads;
And then a quarry pare
To fit its sides, and crawl between,
Complaining all the while
In horrid, hooting stanza;
Then chase itself down the hill
And neigh like Boanerges;
Then, punctual as a star,
Stop - docile and omnipotent -
At its own stable door.
* * *
Inginku melihat ia menyembah jalanan,
dan menjilat lembah sampai,
lalu berhenti dan menyuapi diri
pada tangki, langkah berterusan
menuju puncak yang lebih luarbiasa
Di sekitar onggokan gunung,
bongkak teman sebaya
nikmat diayun dalam buah-buah lagu pelaut
di sisi jalanan
mengupas penggalian
Mengisi antara ruangnya,
menyempati meski merangkak antara sisi
dalam teriakan ngeri bait
mengejar keberadaan diri
Lengking nyeri mirip Boanerges
tepat pada masa sebagai bintang,
hentikan tentang patuh dan mahakuasa
di pintu kestabilannya sendiri
Puisi di atas berkaitan dengan subjek seperti kehidupan, kejayaan, kesukaran, kesenangan, kesedihan dan kematian.'Ia' dalam puisi di sini adalah subjek utama yang menggambarkan kekuatan yang luar biasa dan kelajuan kereta/ keretapi. Ini merangkumi batu dan melintasi lembah dengan kelajuan luar biasa dan suara menggelegar.
Pada hentian, 'ia' berhenti dan mengisi tangki penuh. Lalu dengan kekuatan baru dan semangat itu 'ia' memacu kembali perjalanannya. 'Ia' menderu seperti haiwan arogan dengan megah. Ia mengintip ke dalam pondok-pondok dari sisi rel seperti berjalan melalui mereka. Melewati terowong sempit dengan membuat suara yang mengerikan. Kemudian bergerak menuruni bukit dengan kelajuan yang luar biasa seperti Boanerges - kuda perang yang terkenal.
Puisi ini mungkin harus dibaca dalam dwi-makna. Kerana ia jelas bercerita tentang perjalanan, alamat kehidupan dan gerah-gerah yang membangkitkan hidup itu sendiri.
Indah meski sederhana.
Sepertinya, dalam kebanyakan puisi Emily Dickinson sering terselit sebuah langkah atau tentang metafora sebuah perjalanan itu sendiri. Terkadang dia suka memasukkan unsur atau lambang kereta, keretapi, kereta kuda dan sebagainya.
Dia adalah lambang seorang individu yang melihat hidup sebagai suatu mitos mistis dalam kehidupan. Masa lalu, masa depan. Mungkin agak relevan untuk mengaitkannya dengan Voltaire yang sinis; "suatu hal yang boleh dipelajari daripada sejarah, manusia tidak pernah belajar dari sejarah."
Atau Mencius yang pernah mengatakan; "kalau aku disuruh untuk memilih antara kehidupan dan kebenaran, maka aku akan memilih kebenaran dan meninggalkan kehidupan"
Semuanya sekali lagi terpulang pada penerimaan pembaca atau pemikir? Setidaknya interpretasi itu adalah mahapenting untuk memandang sesuatu karya dan penulis, bukan. Mungkin.
Artikel dan terjemahan oleh: Zuraidah Abdul Aziz
Pada hentian, 'ia' berhenti dan mengisi tangki penuh. Lalu dengan kekuatan baru dan semangat itu 'ia' memacu kembali perjalanannya. 'Ia' menderu seperti haiwan arogan dengan megah. Ia mengintip ke dalam pondok-pondok dari sisi rel seperti berjalan melalui mereka. Melewati terowong sempit dengan membuat suara yang mengerikan. Kemudian bergerak menuruni bukit dengan kelajuan yang luar biasa seperti Boanerges - kuda perang yang terkenal.
Puisi ini mungkin harus dibaca dalam dwi-makna. Kerana ia jelas bercerita tentang perjalanan, alamat kehidupan dan gerah-gerah yang membangkitkan hidup itu sendiri.
Indah meski sederhana.
Sepertinya, dalam kebanyakan puisi Emily Dickinson sering terselit sebuah langkah atau tentang metafora sebuah perjalanan itu sendiri. Terkadang dia suka memasukkan unsur atau lambang kereta, keretapi, kereta kuda dan sebagainya.
Dia adalah lambang seorang individu yang melihat hidup sebagai suatu mitos mistis dalam kehidupan. Masa lalu, masa depan. Mungkin agak relevan untuk mengaitkannya dengan Voltaire yang sinis; "suatu hal yang boleh dipelajari daripada sejarah, manusia tidak pernah belajar dari sejarah."
Atau Mencius yang pernah mengatakan; "kalau aku disuruh untuk memilih antara kehidupan dan kebenaran, maka aku akan memilih kebenaran dan meninggalkan kehidupan"
Semuanya sekali lagi terpulang pada penerimaan pembaca atau pemikir? Setidaknya interpretasi itu adalah mahapenting untuk memandang sesuatu karya dan penulis, bukan. Mungkin.
Artikel dan terjemahan oleh: Zuraidah Abdul Aziz
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Blog Archive
-
►
2016
(8)
- ► September 2016 (1)
- ► April 2016 (1)
- ► Januari 2016 (1)
-
►
2015
(8)
- ► Disember 2015 (1)
- ► Julai 2015 (1)
- ► April 2015 (2)
-
►
2014
(1)
- ► Oktober 2014 (1)
-
►
2013
(12)
- ► Disember 2013 (3)
- ► September 2013 (1)
- ► Januari 2013 (2)
-
►
2012
(14)
- ► Disember 2012 (3)
- ► November 2012 (2)
- ► Oktober 2012 (6)
- ► September 2012 (3)
-
►
2011
(9)
- ► Disember 2011 (1)
- ► November 2011 (3)
- ► September 2011 (1)
-
▼
2010
(33)
- ► Disember 2010 (1)
- ► Oktober 2010 (1)
- ► September 2010 (1)
- ► Julai 2010 (1)
-
▼
April 2010
(15)
- Once: Sebuah apresiasi
- Puisi Mawar Marzuki dan Mohamad Farez Abdul Karim
- Chairil Anwar Dan Secebis Pemaknaan Ekspresi
- Ulas Album: The Boatman's Call
- Siapakah Pemilik Anjing Yang Tertipu Dengan Bayang...
- Lelaki Romantis Yang Kompleks: Rainer Maria Rilke
- Antara Kesenian dan Kesakitan
- Adaptasi Budaya Dalam Sastera Melayu
- Stabil, Fared Ayam : Kesakitan Yang Dilepaskan
- Puisi Zulkifli bin Mohamed dan Yong Muen
- Membaca Emily Dickinson
- Ulas filem: Into The Wild
- Resensi Buku: The Elementary Particles
- MenuIis Puisi, Meraikan Kehidupan
- Space Gambus Experiment dan Pak Samad
Tentang NP
NP ialah sebuah majalah blog yang cuba menerapkan bahan-bahan penulisan sastera, budaya dan masyarakat terutama oleh penulis-penulis bebas dan baru. Anda juga boleh menyumbang hasil penulisan anda dengan menghantar ke: naskahpercuma@gmail.com
2 comments:
bicara tentang pengalaman harian yg tidak fenomenal mengingatkan aku kepada woodsworth. beza antara woodsworth dgn dickinson sgt ketara aku rasa kerana woodsworth menggunakan bahasa harian dlm puisi ttg 'keharian' tp dickinson lebih byk menggunakan tona tinggi. Keduanya bagus tp aku lebih setuju dgn pendekatan woodsworth.
woodsworth menggunakan pendekatan bahasa santai, mungkin sebab latar kedua mereka berbeza. barangkali.
macam Emily, dia dibesarkan dalam keluarga yang 'pendiam', jadi pendekatan lantang itu kurang... puisi yang diolah lebih emosi dan liris. ke? hehe..